



Pemerintah Desa Tunggorono kini semakin dekat dengan terwujudnya penerangan jalan umum ramah lingkungan melalui pemasangan Solar Street Lighting (SSL) atau lampu jalan tenaga surya. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada SDGs nomor 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), nomor 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), nomor 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), serta nomor 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Dalam penelitian berjudul Planning and Feasibility Study for Solar Street Lighting in Tunggorono Village (https://pubs.aip.org/aip/acp/article-abstract/2687/1/030006/2893239/Planning-and-feasibiity-study-for-solar-street) yang melibatkan Dr. Muladi, S.T., M.T., dosen di Prodi Teknologi Rekayasa Sistem Elektronika (TRSE) Fakultas Vokasi Universitas Negeri Malang (UM), dilakukan perancangan dan perhitungan sistem penerangan jalan umum berbasis tenaga surya untuk Desa Tunggorono. Penelitian ini berpedoman pada standar SNI 7391:2008 dan standar perencanaan PLTS guna menghasilkan sistem yang efisien dan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil penelitian, jalan-jalan di Desa Tunggorono membutuhkan 60 tiang SSL setinggi 6 meter dengan lengan berkemiringan 20°, yang dipasang dengan jarak 40 meter antar tiang. Jalanan desa ini terdiri dari empat ruas, di mana satu ruas merupakan jalan dua lajur dua arah terpisah, sedangkan tiga ruas lainnya adalah jalan satu lajur dua arah tak terpisah. Pada Ruas 1 diperlukan pemasangan 14 tiang SSL dengan lengan ganda yang dipasang di median jalan, sementara 46 tiang SSL dengan lengan tunggal dipasang di tepi jalan pada Ruas 2, 3, dan 4.
Setiap tiang SSL dengan lengan ganda dilengkapi dengan 2 lampu LED DC 20W, modul surya polycrystalline 160 Wp, dua baterai VRLA Gel 55Ah, dan kontroler MPPT 20A. Sedangkan tiang SSL dengan lengan tunggal dilengkapi dengan lampu LED DC 20W, modul surya polycrystalline 100 Wp, baterai VRLA Gel 55Ah, dan kontroler MPPT 10A.
Untuk keseluruhan komponen 60 tiang SSL ini, biaya investasi awal diperkirakan mencapai Rp. 341.425.000,00. Adapun biaya operasional dan pemeliharaan sistem SSL ini adalah Rp. 1.780.050,00 per tahun. Dari perhitungan biaya energi untuk investasi dan operasional, didapatkan biaya sebesar Rp. 1.396,77/kWh, yang 3,32% lebih murah dibandingkan tarif dasar listrik PLN sebesar Rp. 1.444,70/kWh.
Kelayakan investasi sistem SSL ini diuji menggunakan metode Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Payback Period (PP). Hasilnya menunjukkan bahwa proyek SSL di Desa Tunggorono layak untuk dilaksanakan.
Proyek SSL ini tidak hanya mendukung penghematan energi dan pengurangan emisi karbon, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan infrastruktur desa yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional. Dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan, Desa Tunggorono menunjukkan komitmennya dalam mendukung upaya global menghadapi perubahan iklim, sekaligus memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan penerangan jalan yang ramah lingkungan dan efisien.
Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia untuk beralih ke penggunaan energi terbarukan guna mencapai kota dan pemukiman yang berkelanjutan, serta mendukung tercapainya target-target SDGs pada tahun 2030.